Sejarah Berdirinya Pon-Pes Singo Wali Songo
PROFIL
PONDOK PESANTREN SINGO WALI SONGO
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Singo Wali Songo
Letak Geografis
Pondok Pesanten Singo Wali Songo berada di bawah naungan Yayasan Nurul Hidayah dan merupakan Pondok Pesantren Salafiyah Putra dan Putri. Adapun Pondok Pesantren Singo Wali Songo Terletak di Dusun Becok Desa Kartoharjo Kecamatan Kartoharjo Kabupaten Magetan, akan tetapi juga mempunyai cabang – cabang atau perwakilan – perwakilan ditempat lain yang dipandang perlu oleh pengurus.
Dusun Becok Merupakan tempat yang berada di daerah pelosok yang jauh dari keramaian kota, sudah tentu suasananyapun relative tenang dan nyaman. Dusun Becok berada di tengah-tengah desa lain, yang batas-batasnya adalah :
- Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tanjung-Ngelang
- Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sukowidi
- Sebelah barat berbatasan dengan Desa Jajar
- Sebelah timur berbatasan dengan desa Grogolan
Sebagian besar penduduk Dusun Becok hidup dari bertani, terutama padi dan palawija serta buah-buahan. Kondisi Sosial Ekonomi masyarakat masih sederhana. Pola kehidupan masih tampak tradisional, ini dapat dilihat masyarakat yang masih kental dengan kepercayaan terhadap hal-hal tahayul, misalnya sebagian masyarakat desa tersebut masih mempercayai adanya Sang Pelindung (Sing mbahu rekso = Danyang) tanah sendang yang konon angker. Dari sinilah yang kemudian menambah semangat juang Pondok Pesantren Singo Wali Songo untuk menguatkan panji-panji da’wahnya ditengah-tengah masyarakat.
B. Sejarah berdirinya Pondok Pesanten Singo Wali Songo
a. Pendiri Pondok Pesantren Singo Wali Songo
Pondok Pesantren Singo Wali Songo didirikan oleh seorang pemuda yang bernama KH. Abdul Karim Joyodipuro. Beliau dilahirkan di Magetan tanggal 05 Mei 1955. Berangkat ke Pondok pesantren Roudlotul Ulum, Kencong Kediri diasuh oleh KH. Zamroji, dan nyantri di Ringin Agung Kediri, juga di Lirboyo Kediri, semasa di Kencong dalam mempelajari kitab Al-Fiyah di asuh oleh KH. Mahmud Abdillah (ketika itu masih nyantri di Kencong dan sudah menjadi Ustadz). Sampai dipertengahan KH. Mahmud Abdillah pindah ke Singosari malang,unutk menghatamkan pelajaran KH. Abdul Karim Joyodipurominta izin untuk mengikuti KH. Mahmud Adillah ke Malang, akhirnya seizinnya KH. Zamroji beliau pindah ke Malang.
Pada tahun 1981 KH. Abdul Karim Joyodipuro ketujuan suci Makkah Al-Mukaromah untuk memperdalam belajar ilmu agama Islam. Setibanya di Makkah beliau menetap di Masjidil Haram. Dengan penuh ketelatenan beliau mengikuti semua pengajian yang disampaikan oleh Masyaikh. Selain iu beliau juga sering kali berkhalwah di Goa Hiro’. Hal itu eliau lakukan dengan niat ikhlas unutk menelusuri jejak Nabi ynag Agung, sekaligus bermunajat memohon petunjuk dari Allah SWT agar deberi bimbingan dalam memperjuangkan Agama Islam di tnah kelahirannya kelak. Dalam petunjuk tentang bagaimana harus terjun menghadapi masyarakat ditanah kelahirannya yang masih sangat diliputi dengan kepercayaan tahayul tersebut.
Banyak guru dan tokoh yang sangat mempengaruhi perjalanan hidup dan karakter beliau, diantaranya yaitu : KH. Hambali (Hambruch) dari Lasem, KH. Agus Murod Selo (Gus Murod) dari Selo Purwodadi, KH. Mu’alif dari Caruban, KH. Yusuf dari Ngawi, KH. Kahfi Woro Joko Lelono dari Purwo banyuwangi, Syaikh yasin Padang, KH. Kholil Umar Temboro
b. Berdirinya Pondok Pesantren Singo Wali Songo
Pondok Pesantren Singo Wali Songo tepatnya berdiri tanggal 10 Nopember 1986. Konon pada tahun 1982, ada seorang pemuda terpelajar dari Dusun Becok, yang telah mencapi gelar sarjana dalam study-nya, tak lain pemuda itu bernama Untung Darno Suwiryo, SH, beliau menunakian Haji bersama istrinya Hanifah. Pada waktu itu menjabat Notaris di Kabupaten Probolinggo yang kemudian pindah ke Surabaya ampai sekarang.
Di Makkah dia beretemu pemuda asal dari tanah kelahirannya , yang saat itu masih belajar ilmu agama di sana. Mereka saling cerita tentang tanah halamannya, tentang kondisi masyarakat, agama dan pendidikan. Untung Darno Suwiryo memang anak orang kaya ditanah kelahirannya. Dalam pembicaraab tersebut, H.Untung Darno Suwiryo mengatakan bahwa orang tuanya memiliki sebidang tanah yang berlokasi disebelah barat pemakaman umum dan kebetulan dekat dengan tanah punden (Sendang). Untung masih kerabat dekat pemuda (KH. Abdul Karim) tersebut. Dia bermaksud mewakafkan tanah tersebut agar didirikan seuah gedung sebagai sarana untuk mengadakan Kegiatan Belajar Mengajar. Akhirnya mereka berdua sepakat untuk mendirikan Madrasah atau Sekolah Lanjutan Pertma (SLTP), dengan tujuan mengangkat masyarakat Desa tersebut dan sekitarnya dari keterpurukan SDM diidang Pengetahuan baik IPTEK maupun IMTAK. Dalam pembicaraan itu H. Untung Darno Suwiryo berpesan kepada pemuda yang tak lain adalah KH. Abdul Karim Joyodipuro, agar ia ertindak langsung sebagai pengelolanya.
Sesampainya di Kampung halaman KH. Abdul karim Joyodipuro langsung menemui H. Untung untuk membicarakan kembali hasil di tanah Suci dulu. Setelah yakin dan siap belia mengundang tokoh-tokoh masyarakat untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan. Dalam musyawarah itu sepakat untuk mendirikan SMP Islam. Ternyata mendirikan suatu sekolah tidaklah mudah dengan apa yang dibayangkan. Setelah bekerja keras melengkapi persyaratan oleh Diknas masih disuruh menanti jangka satu tahun.
Untuk menunggu satu tahun lagi terlalu lama bagi kami, pengurus khirnya bermusyawarah untuk melaksanakan yang ada hubungannya dengan AD/ART, dan didirikan Pondok Pesantren.
Terdengar berdirinya pesantren ini mengundang datangnya santri dari sekitar lokasi. Pertama kali santrinya dari sembilan orang, mereka bermusyawarah untuk memberikan nama Pondok Pesantren. Ada dua usulan nama :
1. Sunan Kali Jogo
2. Singo Wali Songo
Ternyata sembilan anak tadi setuju nama yang kedua, dari sekian banyak orang yang mengartikan, mereka punya arti yang berbeda-beda, mulai dari “Bangkitnya Wali Songo” yang terkenal ditanah jawa, sampai arti Singo adalah si Anak Songo dan masih banyak lagi orang yang mengartikan, yang jelas itu semua sesuai dengan petunjuk Al-qur’an yaitu
1. Membuat perhatian orang
2. Siap Mendengar
3. Memperhatikan Sepenuhnya
Sedangkan Pondok Pesantren Purtri berdiri + tahun 1991, tetapi bertempat di Desa Kluwung Kecamatan Sawahan Kabupaten Madiun (+ 6 Km dari dusun Becok). Mengingat tempatnya jauh dari kediaman pengasuh dan pengawasanya tentu sangat sulit, Pondok Pesantren Putri ditarik di PP. Singo Wali Songo di Dusun Becok Kecamatan kartoharjo kabupaten Magetan
Pondok Pesantren Putri Tahfidlotul Qur’an mulai ada tepatnya tahun 1995, yang diasuh oleh istri KH. Abdul Karim Joyodipuro yang bernama Ny. Izza Nazilatur Rohmah beliau adalah santri Tahfidzul Qur’an dari pondok Pesantren Pucakwangi kendal jawa Tengah.Adapun maksud dan tujuan didirikannya pondok pesantren ini adalah ;
1. Membantu program pemerintah dalam bidang pendidikan khususnya pendidikan agama
2. Membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa
3. Membentuk manusia yang berahlak mulia
4. Menegakkan mengamalkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945Untuk mencapai tujuan dan maksud tersebud di atas, maka di pondok pesantren itu mengusahakan adanya ;
1. Pondok pesantren dengan sub pindidikan yang ada di dalamnya yang berupa Madrasah Diniyah ,Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah .
2. Pendidikan dalam bidang Al-Qur’an , dalam model pengajaran sebagai berikut
- Bi Tartil3. Pendidikan lewat kitab kuning
- Bin Nadlor
- Bil Hifdzi { dengan hafalan }
4. Pendidikan cara berdakwah atau berpidatoh, seni baca Al-Qur’an (Qiro’ah )
C. Keadaan Fisik dan Non fisik
Sejalan dengan perkembangan pendidikan perkembangan areal tanah, bangan fisik saranan dan prasarana belajar juga mengalami pertumbuhan yang signifikan .Pondok Pesantren Singo Wali Songo yang semula hanya mempuyai sebuah masjid kecil dan rumah mungil sebagai senrtal aktifitas (komplek 1 sekarang ) kini telah berkembang menjadi 4 kompleks utama dengan luas tanah + 6.192 m .Kompleks 1 di tempati oleh pengasuh (kediaman pengasuh ) dan santri anak –anak .Terdapat Aula Utama dan Aula 2 Pondok Pesantren SingoWali Songo ,1 Kantor Yayasan ,1Kantor pengurus ,2kamar pengurus ,17 Kamar santri , 5 ruang belajar , Mushola , kantin , dapur, ruang makan, 7 WC ,11kamar mandi dan 2ruang tamu
Kompleks 2 dihuni oleh sanrti – santri putra ,dengan 1kamar Asatidz(guru) , 1 kantor pengurus, 6 kamar pengurus, 5 kamar Asatidz, 12 kamar santri, 8 ruang belajar, mushola, poskestren, dapur, ruang makan, 6,WC, 18 Kamar Mandi, kanti , perpustakaan ,dan aula 3 Pondok Pesantren Singo Wali Songo
Kompleks 3 di tempati oleh santri putri, dengan 1 kantor Asatidz , 1 kamar Asatidz , 1 Kantor pengurus, 1 Kamar Pengurus, 10 Kamar Santri, 7 ruang belajar , mushola, kanti, 5 WC, 9 kamar mandi, dapur, ruang makan, Aula 4 Pondok Pesantren Singo Wali Songo. Kompleks 4 terdapat bangunan sekolah ,RA, MI, MTS, MA, dan perkantoran .
D. Kediaman Kyai dan Santri
Sebagai pesantren salafiyah umumnya, Pondok Pesantren Singo Wali Songo masih menempatkan Kyai sebagai sentral figure bagi mereka dan motor penggerak aktifitas pesantren.Kyai sendiri yang menjadi imam dalam sholat jamaah pada setiap harinya,kecuali berhalangan atau tidak di tempat digantikan oleh orang lain (ustadz) , begitu juga dalam hal kajian kitap, Kyai biasanya dibantu oleh para ustadz memberikan pelajaran diruang belajar dan mushola.
Jadi peranan kyai sangatlah berpengaruh tehadap perilaku para santri atau pendamping Kyai, seolah-olah kyai yang menjadi pusat segala-galanya bahkan menjadi pelindung bagi mereka. Para santri masih terkungkung oleh budaya patnernalis dimana ketokohan Kyai adalah segalanya. Hal ini memang lazim untuk sebuah Pondok Pesantren yang masih berorientasikan salafiyah dalam suatu system pengajarannya. Santri dipesantren ini hanya melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat formal-intruksional atau dengan kata lain hanya belajar menuntut ilmu. Red
e. Kepengurusan
Dalam operasionalnya Pondok Pesantren Singo Wali Songo terbagi menjadi beberapa blokade :f. Dasar-dasar Pemikiran
1. Pondok Pesantren Putra Singo Wali Songo, sebagai Pondok Pusat mempunyai struktur kepengurusan dari Kelas III Madrasah Diniyah Aliyah Singo Wali Songo yang selanjutnya tiap seksi ini akan dibagi lagi dalam struktur kepengurusan PP. Banin Wabanat.
2. Pondok Pesantren Putri Singo Wali Songo, struktur kepengurusannya terdiri dari pengurus inti dari Kelas III Madrasah Diniyah Aliyah Singo Wali Songo dan Pengurus Pembantu dari kelas I dan II Madrasah Diniyah Aliyah Singo Wali Songo yang selanjutnya tiap seksi ini akan dibagi lagi dalam struktur kepengurusan PP. Tahfidzul Qur’an
3. Pondok Pesantren Banin Wabanat, terdiri dari Pengurus inti dari Kepengurusan Pondok Putra Singo Wali Songo dan Pembantu Pengurus yang diambilkan dari kelas I dan II Madrasah Diniyah Aliyah Singo Wali Songo
4. Tahfidzul Qur’an Singo Wali Songo, Kepengurusannya di angkat dari Pengurus dan Pembantu Pengurus Pondok Pesantren Putri Singo Wali Songo secara acak.
Dasar-dasar pengembangan Pondok Pesantren Singo Wali Songo diarahkan pada pendidikan dengan kebutuhan zaman, akan tetapi pendidikan pesantren pada setiap satuan pendidikan tetap memperkuat jati dirinya sebagai bagian dari pesantren syalafiyah dengan berpedoman pada kaidah “ ALMUHAAFADHATU’ALA QODIMIS SHOPLEH WAL AKHDU BILJADIDIL ASHLAH” Yang artinya “ mempertahankan metodologi yang lama dan mempergunakan metodologi yang baru yang lebih baik”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar